10 Oktober 2009

Sarana Dan Prasarana

Sarana yang lengkap dan canggih tidak cukup untuk menjamin pelayanan yang baik dan memuaskan, tetapi perlu didukung dengan tenaga-tenaga ahli yang memiliki skil. Dalam hal ini pelayanan di Rumah Sakit "Santa Elisabeth" Medan didukung oleh tenaga medis dan non medis yang ahli dan profesional dibidangnya.

Tenaga Para Medis dan Non-Medis

TENAGA PERAWAT
JUMLAH
TENAGA MEDIK
JUMLAH KARYAWAN UMUM
JUMLAH
S.Kep/SKM 4/2 Apoteker 1 P. Adm 111
AKPER 154 A. Apoteker 13 PRT 97
AKBID 5 Analis 16 Teknisi 24
SPK 39 Gizi 13 Sanitasi 6
Bidan 9 Fisioterapi 5 Satpam 15
PKC/Pakarya 9 R. Retrogen 7 Supir 7
Total 222 Total 55 Total 260


Tenaga Medis

No. Spesialis Jumlah
1. Dokter Umum 9
2 Dokter Gigi 2
3 Dokter Spesialis Radiologi 2
4 Dokter Spesialis Obgyn 14
5 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 8
6 Dokter Spesialis Bedah Umum/Digestive 5
7 Dokter Spesialis Bedah Unkologi 2
8 Dokter Spesialis Bedah Urologi 2
9 Dokter Spesialis Bedah Orthopedi 4
10 Dokter Spesialis Bedah Kecantikan/Plastik 2
11 Dokter Spesialis Bedah Saraf 4
12 Dokter Spesialis Bedah Mulut 2
13 Dokter Spesialis Bedah Torax dan P. Darah 1
14 Dokter Spesialis Anak 8
15 Dokter Spesialis Paru 2
16 Dokter Spesialis Ginjal dan Hypertensi 1
17 Dokter Spesialis Anasthesi 6
18 Dokter Spesialis Pathologi Klinik 3
19 Dokter Spesialis Jantung 3
20 Dokter Spesialis Neurolog (Saraf) 3
21 Dokter Spesialis Mata 3
22 Dokter Spesialis Patologi Anatomi 1
23 Dokter Spesialis Akupuntur 1
24 Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa 3
25 Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin 4
26 Dokter Spesialis THT 3
27 Dokter Spesialis Mikrobiologi 1

Total 99


Design

EDP RS.Santa Elisabeth Medan

Kontak Kami

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Jl. Haji Misbah No. 7

Medan - Sumatera Utara

Telp (061) 4144737, 4512455

Fax. (061) 4143168, 4536955

Email : rsemdn@yahoo.co.id

Generalat FSE

Jl. Bunga Terompet

Simpang Selayang Pasar VIII

Padang Bulan - Medan 20131

Telp (061) 8220838

Perkembangan Kongregasi

Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth didirikan pada tahun 1880 di Breda Negeri Belanda oleh Mgr. Henricus van Beek. Pada masa itu negeri Belanda sedang dilanda perang. Sebagaimana biasa terjadi dalam perang, masyarakat menjadi korban kemiskinan dan penderitaan semakin merajalela. Dalam situasi seperti ini setiap orang cenderung memikirkan diri sendiri, tidak mempunyai waktu bagi orang lain. Maka tidak heran kalau orang-orang sakit dan jompo terlantar tidak ada yang memperhatikan. Banyak di antara mereka yang meninggal begitu saja tanpa ada yang memperhatikan, merawat dan mendapingi. Dari situ timbullah niat dari Mgr. Henricus van Beek untuk meminta dan memanggil orang-orang yang mau dengan rela dan tulus ikhlas melayani orang-orang sakit tersebut. Kemudian Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth melebarkan sayap ke Indonesia karena situasi yang sama yaitu perang yang melanda negara Indonesia mendorong para Suster misionaris datang ke Indonesia dengan tujuan dan misi yang sama yaitu untuk melayani orang - orang sakit dan menderita dan mereka yang sangat membutuhkan pertolongan. Kemudian Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth mmendirikan sebuah rumah sakit untuk menampung dan merawat orang-orang sakit dan menderita yaitu Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, seperti motto Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang juga merupakan motto Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth "Ketika "Aku" Sakit Kamu Melawat "Aku"". Hal inilah yang menjiwai seluruh hidup Suster-suster Fransiskanes Santa Elisabeth untuk dapat melayani saudara-saudari yang sangat membutuhkan pertolongan dan uluran tangan. Oleh sebab itu Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth merupakan pemilik Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Hari demi hari Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth semakin berkembang baik dari segi jumlah suster semakin bertambah dan juga kualitas pelayanan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sesuai dan seiring dengan perkembangan zaman. Dan saat ini Rumah Santa Elisabeth Medan secara sah sudah dimiliki dan ditangani sepenuhnya oleh Suster - suster pribumi. Kalau anda tertarik bergabung dengan kami untuk bersama - sama mengabdi kepada Tuhan dengan pelayanan kepada saudara - saudari kita yang sangat membutuhkan lewat Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth, mari datanglah kami siap dan dengan tangan terbuka kami akan menerimamu. Dan saudari - saudari yang tertarik untuk bergabung bersama kami, anda bisa datang atau kontak ke alamat di bawah ini.

Generalat Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth

Jl. Bunga Terompet, Simpang Selayang

Padang Bulan MEDAN

Sumatera Utara

Telp. (061) 8220838, Fax. (061) 8220839

"Tuaian memang banyak tetapi sedikit pekerjanya"

Visi & Misi

Menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth mampu berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, atas dasar cinta kasih dan persaudaraan sejati pada era globalisasi.

Unsur-unsur

Berperan Aktif : Dengan meningkatkan keahlian dan kesejahteraan sumber daya manusia, ikut serta dalam perkembangan zaman dan dalam bidang pelayanan medis.

Berkualitas Tinggi : Pelayanan kesehatan yang didasarkan pada keahlian yang tepat guna, terampil dan bertanggungjawab sesuai dengan bidangnya, serta mengacu pada kepuasan pelanggan.

Cinta Kasih : Gambaran cinta kasih Allah yang hendak diwujudkan melalui pelayan Rumah Sakit ini, sehingga kita memiliki semangat yang senantiasa mengusahakan kebaikan bagi yang dilayani tanpa terlebih dahulu memperhitungkan bagaimana mereka membalasnya

Era Globalisasi :

1. Situasi tanpa batas/menyeluruh

2. Menuju Indonesia 2010

Persaudaraan : Persaudaraan diwujudkan dengan saling menghormati dan menghargai baik antar warga maupun yang dilayani dengan semangat cinta kasih.

Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth

Meningkatkan derajat kesehatan, melalui sumber daya manusia yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, dengan tetap memperhatikan masyarakat lemah.

  1. Derajat kesehatan : Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berusaha membantu dan mendukung program pemerintah dalam mewujudkan masyarakat sehat.

  2. Profesional : Pelaksanaan tugas didasarkan pada keahlian, sehingga tepat guna, terampil dan bertanggungjawab, yang diwujudkan dalam prestasi kerja sesuai dengan bidangnya.

  3. Sarana : Segala sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (alat-alat medis, perawatan dan lain-lain).

  4. Prasarana : Segala sesuatu yang dipergunakan sebagai penunjang terselenggaranya proses pelayanan untuk mencapai tujuan (gedung, transportasi, jalan dan lain-lain).

  5. Masyarakat lemah : Dalam pelayanan tetap meningkatkan kepedulian kepada masyarakat lemah sebagai orang yang sangat membutuhkan.


Latar Belakang Spiritual

Pendiri Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) berasal dari keluarga yang harmonis dan beriman. Sejak kecil ia sudah dididik dekat dengan kehidupan Gerejani sehingga imannya tumbuh dan berkembang. Iman dan pendidikan yang ia terima mempengaruhi hidup dan pergaulannya terhadap lingkungan. Atas dasar pendidikan serta pengalamannya dalam keluarga dan lingkungan hidupnya, terbentuklah pribadi yang kokoh serta kemauan yang kuat disertai kepekaan terhadap situasi lingkungan sosial.

sejalan dengan perkembangan ini, ia mulai tertarik menjadi pelayan Tuhan. Maka ia memasuki pendidikan Imam Projo. Beberapa tahun setelah berkarya sebagai Imam beliau ditahbiskan menjadi Uskup di Breda, negeri Belanda. Meskipun beliau dididik sebagai Imam Projo, namun sudah sejak lama beliau tertarik akan cara hidup Santo Fransiskus dari Asisi, yang sangat mencintai orang-orang miskin dan sangat menderita.

Tahun 1880 pada masa jabatannya sebagi Uskup Breda, situaasi perang melanda negaranya. Dimana-mana orang mengalami kemiskinan dan penderitaan. Pada zaman itu perhatian terhadap orang sakit dan jompo ditelantarkan sehingga banyak orang-orang sakit dan jompo meninggal tanpa mendapat pelayanan dan perawatan. Keadaan ini mempengaruhi seluruh hidupnya, dan hal itu selalu direnungkan dalam doanya.

Beliau seorang yang mempunyai minat dan hati yang mau memahami dan mengerti penderitaan orang-orang disekitarnya, khusunya orang-orang sakit yang dilupakan dan ditelantarkan oleh lingkungan. Keprihatinan ini semakin kuat dirasakan dalam hubungan dengan Tuhan lewat pengalaman doanya. Beliau merasa senasib dan sependeritaan dengan mereka.

Didorong oleh pengalam batin dan pengalam iman yang mendalam, Mgr. Henricus van Beek merasa tergerak untuk menyuarakan dan mewujudkan kehendak Allah ditengah-tengah dunia dan zamannya. Roh yang menjadi penggerak dan sumber inspirasi utama bagi Uskup yang profetis ini terjelma dalam teks injil : "...Ketika Aku sakit kamu melawat Aku..." (Matius 25 : 36). Ungkapan inilah yang sangat dan selalu berbicara dalam diri Mgr. Henricus van Beek dan dipegang teguh sebagai motto hidupnya. Ini jugalah yang akhirnya menjadi motto rumah sakit.

Latar Belakang Historis

Pada tanggal 29 September 1925, empat orang Suster (Sr.M. Pia, Sr.M. Philotea, Sr.M. Gonzaga dan Sr.M. Antonette) dari Breda - Belanda, tiba di Medan dan tinggal disebuah rumah kecil. Rencana semula keempat Suster ini akan membantu melayani orang sakit di rumah sakit pemerintah di Medan, tapi karena tidak diterima akhirnya mereka melayani/merawat orang sakit dan menolong persalinan dari rumah ke rumah. Cara pelayan yang demikian tampaknya tidak dapat memenuhi harapan, baik dari pihak Suster maupun masyarakat yang dilayani. Karena itu, dibeli sebuah rumah di Jl. S. Parman yang difungsikan menjadi rumah Suster dan sebagian dipakai untuk merawat orang-orang sakit dengan tetap merawat orang sakit dari rumah ke rumah. Kendati demikian, pelayan tetap tidak memadai maka diputuskan untuk mendirikan sebuah rumah sakit dan pada tanggal 11 Februari 1929 diadakan peletakan batu pertama, kemudian tanggal 19 November 1930 rumah sakit diresmikan dan pelayanan berjalan dengan baik. Rumah sakit tersebut diberi nama "Rumah Sakit Santa Elisabeth" yang beralamat di Jl. Haji Misbah No. 7 Medan.

Pada zaman pendudukan Jepang rumah sakit mengalami pasang surut yang sangat menyedihkan. Akhirnya, terpaksa Suster-suster mengosongkan dan menyerahkan rumah sakit kepada tentara Jepang untuk dijadikan markas tentara. Suster-suster tercerai-berai, ada yang ditawan di Kamp tahanan dan sebagian mengungsi ke Jl. Gajah Madah Medan dan Berastagi.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Suster-suster dibebaskan dari Kamp tahanan dan dikembalikan ke Medan. Akan tetapi Suster-suster tidak dapakt kembali ke rumah sakit, sebab rumah sakit telah dikuasai oleh tentara Inggris dan kemudian diambil alih oleh Badan Kesehatan Pemerintah Belanda, yang disebut Dienst van Volks Gezondhied (DVG) menyerahkan rumah sakit Santa Elisabeth kembali kepada Suster-suster atas kesepakatan Dr. Tengku Mansur dengan Dr. Steen sebagai pemimpin DVG.

Tanggal 23 Desember 1966, untuk pertama kalinya dibentuk struktur kepemimpinan dan adanya pemisahan yang jelas antara kepemimpinan rumah sakit dengan kepemimpinan kongregasi (Biara). Kemudian diangkat badan pengurus yayasan dengan nama "Yayasan Kongregasi Eksploitasi Rumah Sakit Santa Elisabeth" untuk mengelola rumah sakit dan diangkat badan direksi sebagai pengelola harian. Tanggal 25 November 1977 anggaran dasar yayasan diperbaharui, dan tahun 1979 nama yayasan dirubah menjadi "Yayasan Santa Elisabeth" sampai sekarang.

Dengan dilandasi semangat dasar Suster Fransiskanes Santa Elisabeth, dalam melaksanakan dan mengembangkan Cinta dan Nilai Kristiani, karya pelayanan Rumah Sakit Santa Elisabeth menitikberatkan penyembuhan manusia seutuhnya sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam menuju masyarakat sehat.

Dalam pelayanannya, Rumah Sakit Santa Elisabeth lebih mengutamakan orang paling membutuhkan tanpa membedakan suku, bangsa, agama, dan golongan sesuai harkat dan martabat manusia.

Dalam pengembangannya, Rumah Sakit Santa Elisabeth memperhatikan keseimbangan yang tepat guna, antara kemajuan teknologi informasi dan profesi dengan kesederhanaan

RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN

Bagaikan seseorang yang sedang mendaki gunung, demikianlah Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE saat ini sedang berada dalam perjalanan. Cukup panjang perjalanan yang telah dilalui, namun masih lebih panjang lagi perjalan yang akan ditempuh. Setelah mendaki dan terus mendaki… di tengah perjalanan Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE ingin sejenak menoleh ke belakang untuk melihat keberadaannya dan menatap ke depan yang penuh harapan selama 77 tahun dan 82 tahun. Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE telah mengalami berbagai peristiwa : kesuksesan, kegagalan, dan jatuh-bangun silih berganti. Pengalaman inilah yang menghantar Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE hingga menjadi seperti adanya sekarang. Dari semua pengalaman di atas Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE ingin menimba spirit untuk melanjutkan pendakian hingga ke puncak dan ke puncak. Rumah Sakit Santa Elisabeth yang mulai dibangun 11 Februari 1929 dan diresmikan 17 November 1930. Masyarakat umum, khususnya setiap orang yang pernah mendapat pelayanan di Rumah Sakit Santa Elisabeth, merupakan saksi hidup perkembangan rumah sakit yang berawal dari satu batu bata, hingga menjadi seperti keadaannya yang sekarang. Patah tumbuh hilang berganti, para pendiri sudah tiada, para pengelola silih berganti.

Dalam sejarahnya Rumah Sakit Santa Elisabeth tidak dapat dipisahkan dengan Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), sebab Rumah Sakit Santa Elisabeth menemukan cikal bakalnya dalam Kongregasi FSE. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu sama lain. Oleh karena itu selain menggambarkan perjalanan Rumah Sakit Santa Elisabeth selama 77 tahun berkarya di Medan, Web Site ini juga akan memaparkan perjalanan Kongregasi FSE dan karya-karya kemanusiaannya sejak 82 tahun yang lalu hingga sekarang telah tersebar di berbagai Persada Nusantara.