10 Oktober 2009

Latar Belakang Spiritual

Pendiri Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) berasal dari keluarga yang harmonis dan beriman. Sejak kecil ia sudah dididik dekat dengan kehidupan Gerejani sehingga imannya tumbuh dan berkembang. Iman dan pendidikan yang ia terima mempengaruhi hidup dan pergaulannya terhadap lingkungan. Atas dasar pendidikan serta pengalamannya dalam keluarga dan lingkungan hidupnya, terbentuklah pribadi yang kokoh serta kemauan yang kuat disertai kepekaan terhadap situasi lingkungan sosial.

sejalan dengan perkembangan ini, ia mulai tertarik menjadi pelayan Tuhan. Maka ia memasuki pendidikan Imam Projo. Beberapa tahun setelah berkarya sebagai Imam beliau ditahbiskan menjadi Uskup di Breda, negeri Belanda. Meskipun beliau dididik sebagai Imam Projo, namun sudah sejak lama beliau tertarik akan cara hidup Santo Fransiskus dari Asisi, yang sangat mencintai orang-orang miskin dan sangat menderita.

Tahun 1880 pada masa jabatannya sebagi Uskup Breda, situaasi perang melanda negaranya. Dimana-mana orang mengalami kemiskinan dan penderitaan. Pada zaman itu perhatian terhadap orang sakit dan jompo ditelantarkan sehingga banyak orang-orang sakit dan jompo meninggal tanpa mendapat pelayanan dan perawatan. Keadaan ini mempengaruhi seluruh hidupnya, dan hal itu selalu direnungkan dalam doanya.

Beliau seorang yang mempunyai minat dan hati yang mau memahami dan mengerti penderitaan orang-orang disekitarnya, khusunya orang-orang sakit yang dilupakan dan ditelantarkan oleh lingkungan. Keprihatinan ini semakin kuat dirasakan dalam hubungan dengan Tuhan lewat pengalaman doanya. Beliau merasa senasib dan sependeritaan dengan mereka.

Didorong oleh pengalam batin dan pengalam iman yang mendalam, Mgr. Henricus van Beek merasa tergerak untuk menyuarakan dan mewujudkan kehendak Allah ditengah-tengah dunia dan zamannya. Roh yang menjadi penggerak dan sumber inspirasi utama bagi Uskup yang profetis ini terjelma dalam teks injil : "...Ketika Aku sakit kamu melawat Aku..." (Matius 25 : 36). Ungkapan inilah yang sangat dan selalu berbicara dalam diri Mgr. Henricus van Beek dan dipegang teguh sebagai motto hidupnya. Ini jugalah yang akhirnya menjadi motto rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar